Mengenal Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Masjid Raya Baiturrahman Aceh ini berada di pusat kota provinsi Banda Aceh. Masjid Raya Baiturrahman merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah monumen korban tsunami Banda Aceh di Samudera Hindia.
Masjid Masjid Raya Baiturrahman Aceh dibangun pada tahun 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ada juga mengatakan bahwa Masjid Agung Baiturrahman dibangun asli awal 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Masjid Kerajaan arsitektur asli dengan lapisan jerami yang merupakan karakteristik khas Aceh.
Ketika kolonial Hindia Belanda menyerang Kesultanan Aceh April 10, 1873, populasi Aceh Masjid Raya penggunaan asli sebagai pertempuran keras dan menyerang pasukan kerajaan Belanda dalam masjid. Pasukan Royal Dutch menanggapi dengan menembakkan flare di atap masjid, yang menyebabkan masjid terbakar. Jenderal Van Swieten juga berjanji pemimpin lokal bahwa ia akan membangun kembali Masjid Raya dan menciptakan tempat yang hangat untuk alasan.
Pada tahun 1879, Belanda merekonstruksi Masjid Baiturrahman sebagai hadiah dan untuk mengurangi kemarahan rakyat Aceh. Konstruksi dimulai pada tahun 1879, ketika batu pertama diletakkan oleh Qadhi Malikul Tengku Adil, yang kemudian menjadi imam pertama di Masjid Raya baru saja menyelesaikan dan 27 Desember 1881 pemerintahan sultan terakhir dari Aceh, Muhammad Daoud Shah. Namun rekontruksi ini belum ada jam masjid digital karena memang jaman dahulu belum ada teknologi yang maju.
Banyak warga Aceh yang awalnya menolak untuk beribadah di Masjid Raya Baiturrahman lagi karena dibangun oleh Belanda, yang merupakan sumber dari musuh mereka. Tapi sekarang, masjid ini telah menjadi kebanggaan masyarakat Aceh.
Kerajaan Belanda untuk membangun kembali Masjid Sultan Muhammad Daoud Baiturrahman ketika Syah Johan berdaulat masih memerintah sebagai sultan terakhir dari Aceh.
Awalnya, Masjid Agung Baiturrahman hanya memiliki satu kubah dan menara. Kubah dan menara ekstra baru yang ditambahkan pada tahun 1935, 1958 dan 1982. Saat ini Masjid Baiturrahman tujuh kubah dan delapan menara, termasuk yang tertinggi di Banda Aceh.
Masjid Baiturrahman selamat dari gempa dan tsunami 26 Desember 2004 yang diterima sedikit kerusakan karena beberapa retak. Sebuah menara 35 meter juga retak sedikit dan menjadi sedikit miring akibat gempa. Meskipun bencana alam, masjid digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi dan hanya dibuka kembali untuk ibadah setelah 2 minggu.